Minggu, 16 November 2008

Dokter Terpikat Bunga Desa !

H. Bambang Eka Wijaya

DOKTER muda tampan, tugas di puskesmas pembantu (pustu) pedalaman, terpikat pada bunga desa. Sudah tiga surat cinta dikirimnya lewat perawat perempuan sejawat kerjanya, tak satu pun dibalas.

Saat Bu Kepsek datang, pada orang yang sering membawa muridnya jika ada yang sakit berobat ke pustu itu, dokter menyampaikan masalah tersebut. "Nanti kutanyakan!" sambut Bu Kepsek.

Selepas jam sekolah Bu Kepsek mampir ke pustu. "Kata cewek itu, dia sudah menerima ketiga surat dokter, apa yang tersirat pun ia terima dengan senang hati!" ujar Bu Kepsek. "Ia memberikan ini, nomor hapenya! Ia berpesan, sampaikan isi hati dokter lewat SMS saja! Soalnya, dia tak bisa membaca tulisan tangan dokter!"

"Niat baik, meski disampaikan dalam tulisan yang tak terbaca pun tetap tersirat, ya Bu!" sambut dokter.

"Bahasa tulis seharusnya bisa mengurai hal-hal yang tak tersampaikan lewat lisan!" timpal Bu Kepsek. "Itu kalau isinya niat baik! Lain hal kalau berisi sebaliknya, bahasa tulis yang ruwet, kacau, sukar dibaca, justru dimaksud untuk menutupi isinya yang buruk itu!"

"Maksud Bu Kepsek?" kejar dokter.

"Niat buruk di balik 99% amburadulnya pengelolaan keuangan daerah di seluruh Tanah Air, ditutupi dengan laporan tertulis hingga DPRD yang bertugas mengontrol anggaran tak tahu persis ke mana saja sebenarnya dana mengalir!" jawab Bu Kepsek. "Tapi agar selalu dikira pintar, para anggota Dewan memberikan pengesahan asal ada kompensasinya--antara lain anggaran studi banding diloloskan!"

"Saya kurang paham soal-soal begitu, Bu!" sambut dokter. "Meski, satu hal mengganggu benakku! Kalau 99% pengelolaan keuangan daerah buruk, jelas bisa merupakan penyebab kemiskinan, kebodohan, dan penderitaan mayoritas rakyat di wilayah pedalaman bukan saja tak kunjung menurun, malah secara kualitatif cenderung justru memburuk!"

"Namun demikian jangan putus asa, Dokter!" tegas Bu Kepsek. "Usaha dokter membuat warga desa-desa sekitar pustu ini semakin sehat, terutama generasi mudanya, didukung kerja keras teman-teman guru meningkatkan daya dan kualitas nalar mereka, kita bisa berharap suatu hari kelak warga kawasan pedalaman ini bangkit berkat usaha, kemauan, dan kemampuan mereka sendiri! Bahkan sekalipun pemerintah tidur terus, atau tak henti menghabiskan anggaran negara hanya untuk kepentingan para pejabat daerah itu sendiri!"

"Hal seperti itu saya pernah baca dalam sistem laissez faire, tanpa tersentuh bantuan pemerintah pun perekonomian rakyat selalu ikut menyumbang angka pertumbuhan ekonomi secara signifikan!" timpal dokter. "Justru ketika ada regulasi pemerintah, angka pertumbuhan ekonomi mereka turun! Soalnya, rakyat malah bingung dengan ketentuan regulasi, membuat mereka begini salah begitu salah! Produktivitas jadi menurun, diikuti penurunan kesejahteraan mereka!"

"Bagaimana rakyat tak bingung jika harus terkait pengelolaan keuangan daerah yang amburadul!" tukas Bu Kepsek. "Apalagi kalau sengaja dibuat agar tak terbaca oleh rakyat, ada udang di balik regulasi bantuan itu!" *** BURAS Lampung Post, Minggu 16 Nopember 2008.