Selasa, 12 Januari 2010

SELAMATKAN KAWASAN SEKITAR BATUTEGI


SELAMATKAN KAWASAN SEKITAR BATUTEGI
melalui Pembangunan Ekowisata Terpadu


Banyak contoh di Indonesia, Bendungan-bendungan yang telah dibangun mengalami pendangkalan yang lebih cepat sebagai akibat tidak dikendalikannya aktivitas pembangunan, Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan yang menyebabkan erosi yang berlebihan di kawasan / daerah tangkapan air bendungan. Akhirnya, Masa manfaat maksimal bendungan lebih pendek dari yang semula direncanakan.

Sejak dini haruslah dilakukan upaya-upaya nyata untuk menyelamatkan Bendungan Batutegi. Salah satu Persoalan dasarnya adalah Bagaimana penyelamatan ini dilaksanakan dengan pendekatan Kawasan ( yang utuh ), dan bukan Sektoral ; Pekerjaan Umum dan Kehutanan (BP.DAS), karena status tanah sekitar bendungan dan status hutan lindung.

Oleh karena itu, dipandang perlu untuk mengelola kawasan sekitar batutegi melalui Pembangunan yang terpadu. Maksudnya, tidak sebatas koordinasi dan koordinasi, serta terpadunya sekedar di atas meja rapat.

Salah satu tujuan dan manfaat dari Bendungan Batutegi adalah untuk Pariwisata. Untuk itulah, digagas suatu model pendekatan dari aspek konservasi ( yaitu perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan yang terkendali ), Pariwisata dan Pendidikan, yaitu dengan PEMBANGUNAN EKOWISATA TERPADU.

Yang dimaksud dengan Ekowisata terpadu itu :
1. Menyelamatkan Hutan dan Air, serta ekosistemnya
2. Membangun pariwisata yang berwawasan lingkungan hidup dan alam
3. Pendidikan Konservasi Alam dan Lingkungan Hidup

STRATEGI Utama dalam Konservasi Hutan Kawasan Batutegi adalah :

Memulihkan dan Membangun Hutan dengan menanam Sepuluh juta pohon dalam Sepuluh ribu hektar di Kawasan Konservasi Bendungan Batutegi – Lampung yang dikelola secara terpadu.

Pemanfaatan Kawasan Hutan Konservasi Batutegi, :

1. Membangun kembali hutan Alam dan ekosistemnya ( arboretum ) ;
yaitu areal koleksi contoh hidup berbagai jenis pohon, pelestarian jenis pohon secara
ex-situ, tempat praktek pengenalan jenis pohon, sumber benih dalam jumlah terbatas,
sekaligus sebagai tempat wisata ilmiah.

2. Kebun Raya ( Kumpulan / Koleksi Tanaman dan wisata taman )

3. Taman Safari ( Taman Satwa )

4. Pusat Pelatihan dan Pendidikan Konservasi Alam dan Lingkungan Hidup

5. Taman Bunga dan Buah

6. Wisata Air dan Pengembangan Perikanan ( Keramba jaring apung ),

7. Penginapan alam ( ecolodge ) ; berupa pondok, rumah pohon ( tree-house ), dan rumah rakit
( terapung ).

ECOLODGE itu secara sederhana diartikan sebuah penginapan bernuansa alami yang membawa
misi pengetahuan dan pendidikan lingkungan atau konservasi alam.
( Silahkan lihat tulisan terdahulu tentang Ecolodge )



Kesemua blok pemanfaatan ( tujuh blok pemanfaatan ) akan dirancang dalam satu master-plan, dan dikelola oleh satu unit pelaksana, yaitu Badan Pengelola Ekowisata Batutegi ( semacam Badan Otorita Daerah ) berupa Perusahaan BUMD dan atau Komite Pariwisata Lampung, serta Lembaga Swadaya Masyarakat.


Kamis, 26 Maret 2009

ECOLODGE atau PENGINAPAN ALAM

Kisaran dan inti pembicaraan tentang ECOLODGE di Lampung ini beranjak dari :


Keprihatinan ditengah gencarnya ”demam” kunjungan wisata, khususnya di Lampung, yang nyatanya hanya berupa acara-acara seremonial, tetapi terbatas akan sarana akomodasi, layanan dan transportasi , serta operator yang mendekatkan wisatawan ke lokasi-lokasi atraksi / obyek wisata.


Salah satu potensi wisata Lampung adalah Wisata Alam ( Ekosystem TNBBS dan TNWK, Bahari, dan Ekosystem Hutan Rawa ) yang belum banyak tersentuh dan belum layak ”jual” karena keterbatasan tadi. Misalnya untuk menjawab pertanyaan ; Kalo ada wisatawan yang ingin mengunjungi, melihat dan bermalam dalam suasana alami di lokasi-lokasi wisata tersebut, apakah sudah ada dan tersedia ?



Berandai saat ini datang wisatawan ke Lampung, dan bertanya ” Apakah ada paket wisata untuk tiga hari dua malam yang bisa saya beli ?” Apakah itu Paket wisata bahari, wisata budaya, wisata alam, agro-wisata ? dengan berbagai atraksi dan atau obyeknya.
Jawabnya tentu TIDAK ADA. Pusat informasi wisata lampung paling-paling hanya menyediakan informasi jenis obyek wisata dengan berbagai gambar / photo yang menarik, lokasi, daftar hotel dan daftar penyedia Tour and Travel. Selebihnya tentu jawabannya SILAHKAN JALAN SENDIRI. Mudah-mudahan ini sekadar keterbatasan informasi yang saya miliki, atau mungkin promosinya saja yang kurang.



Dari potensi Alam dan pangsa pasar, serta berlandaskan pemikiran “konservasionis” dan romantisme LSM, Muncul gagasan dan keinginan bersama untuk segera memulai membangun penginapan alam atau ecolodge di tiga lokasi utama ( dulu ? ) sebagai sentra untuk pengembangan lebih lanjut, yaitu di :
Pekon Sedayu Tanggamus ( sisi Timur TNBBS di Jalan Lintas Barat Sumatera ),
Pekon Sumber rejo – Way Heni Lampung Barat ( sisi Barat TNBBS ), dan Rawa Pacing Kabupaten Tulang Bawang ( Ecosytem Hutan Rawa di Jalan Lintas Timur Sumatera )



Berbagi peran dan segera dalam tahap awal ini adalah mencari tanah atau lahan sebagai titik lokasi awal ( tapak mula ) untuk “berinvestasi” di tiga rencana tapak dimaksud.



Apa itu Ecolodge atau Penginapan Alam ?


Dari pengalaman mensosialisasikan gagasan ecolodge ini di lapangan, banyak bias pengertian dari masyarakat. Ada yang beranggapan sama dengan Villa ( yang dalam benaknya sama dengan villa-villa yang ada di Puncak Bogor, Cipanas atau Ciater ) ataupun sama dengan Hotel ”berbintang” ( yang fisik bangunan-nya terlihat ”wah” dan megah, serta berkolam renang ).


Ecolodge itu secara sederhana diartikan sebuah penginapan bernuansa alami yang membawa misi pengetahuan dan pendidikan lingkungan atau konservasi alam.


Oleh karena itu, dalam pengelolaannya harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :

1. View ( pemandangan ) dan suasana alam yang menarik

2. Tidak merubah tapak dan bentang alam secara berlebihan

3. Bangunan penginapan yang sederhana yang menyatu dengan alam dan selaras dengan budaya dan ekosistem setempat, bisa berupa pondok-pondok dan atau rumah pohon ( tree house ). Walaupun demikian, fasilitas sanitasi dan interiornya tetap harus memenuhi standar minimal kelayakan dan kepatutan. Istilah kerennya Pondok berbintang empat ( jenderal kali ? )

4. Tersedia Paket-paket pendidikan Konservasi alam, sehingga Customer penginap ( wisatawan ) dapat memilih diantara paket mana yang akan ”dibeli” dan lama bermalam. Jadi, tidak terima penginap yang sekedar untuk bermalam ataupun kemalaman.

5. Mempertahankan suasana alami,

· menghindari kebisingan; tanpa televisi ataupun radio, tanpa terdengar suara mesin listrik ( genset ),

· memperkaya tanam tumbuh dengan tanaman setempat

6. Bekerja sama dengan masyarakat setempat ( istilah para jagonya ; Community Based Management / Pengelolaan yang bertumpu pada peran masyarakat ), misalnya dengan mengembangkan tanaman sayuran organik, ternak kambing ( yang bisa dimanfaatkan susu dan biogas-nya ), dan perikanan.



( Proses ECOLODGE ini bermula dari obrolan bersama Bang Ans, Uda Af, Uda Al, Rozi, Martin dan Saya selama dua petang berturut-turut pada Kamis dan Jum’at tanggal 5 & 6 Februari 2009, paska kami jumpa saat berburu photo Gerhana Matahari Cincin di Bukit Camang, Senin 26 Januari 2009)



Betapa sulit mencari tapak Ecolodge ?