Selasa, 15 Juli 2008

PEMBANGUNAN KOTA BANDAR LAMPUNG


oleh : haji arjo gembur

Pembangunan kota Bandar Lampung harus punya Master Plan yang jelas dan masyarakat harus di libatkan. Yang penulis akan soroti mengenai pembangunan lingkungan kota, dimana kota Bandar Lampung semakin hari semakin panas, dimana hutan kota banyak beralih fungsi, yang seharusnya hutan kota bertambah arealnya sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk kota dan kendaraan yang menyebabkan polusi kota. Tetapi sayang Prilaku pemimpin setempat yang menjual aset masyarakat seperti lahan miring, bukit-bukit di dalam kota yang seharusnya ditanami pohon dan uangnya masuk kekantong masing-masing.

Saya tidak setuju kalau stadion Pahoman ditutup dan beralih fungsi dan penggantinya dibangunkan stadion di Kemiling. Menurut saya kalau mau membangun stadion yang baru di Kemiling itu bagus sekali, tetapi stadion di pohoman tetap ada karena stadion tersebut sebagai aset warga setempat yang harus tetap di lestarikan sebagai taman kota/paru-paru kota.

Coba kita kaji kembali tanah yang luas di Kemiling ( sekarang Perumnas Kemiling) itu asal-usulnya tanah Negara/masyarakat yang disewa Inggris. Setelah di kembalikan kepada kita dari Pemerintah Inggris, tanah tersebut jadi rebutan untuk mengusainya. Tetapi sekarang sudah dijual ke developer, dan dari developer kembali dijual ke masyarakat. Dari jual-beli tanah gratis tersebut uangnya kemana?

Dari tanah yang yang sangat luas tersebut tidak tersisa secuilpun untuk pembangunan lingkungan misalnya: hutan kota, Danau buatan sebagai pengendalian banjir dan serapan air untuk membantu pada musim kemarau yang masyarakat setempat pada kekurangan air.

Sekarang ini masyarakat diberi pohon untuk ditanam, tetapi kebanyakan masyarakat setempat tidak punya tempat/lahan untuk menanamnya, akhirnya di tanam di pinggir-pinggir jalan. Jalan yang sempit menjadi lebih sempit.

Perumahan dibangun dimana-mana di Bandar lampung, tetapi pihak developer tidak membangun sarana penujang seperti danau buatan, taman perumahan. Pihak developer berorientasi bisnis semata dan tidak membangun lingkungan dan merasa rugi kalau sebagian tanahnya untuk prasarana tersebut. Sehingga beberapa tahun yang akan datang perumahan di Bandar Lampung akan menjadi panas, dilanda banjir di waktu hujan, dan kekurangan air/kekeringan di musim kemarau.

Masalah Sumber Air.

Bandar Lampung dalam jangka panjang air bersih menjadi masalah utama. Karena kerusakan hutan di Gunung Betung sudah parah sebagai sumber air bersih. Maka suber air bersih sudah sangat berkurang. Untuk mengantisipasinya melalui Yth.Bapak Walikota Bandar Lampung (Bpk. Edi Sutrisno) atau Gubernur Lampung supaya menekan pihak pengembang perumahan supaya membuat danau buatan, di setiap beberapa lokasi dikomplek perumahan yang didirikan. Supaya sebagai tempat pengendalian banjir dan juga sebagai tempat serapan air untuk mehindari kekeringan paga musim kemarau. Luas danau seukuran lapangan sepak bola tetapi digali kira-kira 10 meter.

Masalah kemacetan kota

Tempat-tempat Bisnis dan Mall, Bank dan pusat perbelanjaan sebaiknya menyebar di sisi-sisi kota, misalnya Rajabasa, Kemiling dan Sukarame. tidak semuanya ada di pusat kota seperti sekarang ini.

Mengenai jalan sebaiknya kita tidak latah dengan jembatan layang yang seperti dikota-kota besar di Indonesia sekarang ini, maka akan menambah kumuh dan semerawut!! Yang paling tepat untuk Bandar Lampung karena medannya naik turun maka (by pass under way) akan lebih indah dan dapat mengurangi kemacetan misalnya dengan cara mendalami jalan yang ada sedalam 2 meter dan diratakan serta meluruskan badan-badan jalan dari depan rumah sakit bumi waras hingga terminal Raja Basa.

Obyek wisata Di Bandar Lampung

Lokasi Wisata Batu Putu sangat potensial dan strategis karena tidak jauh dari pusat kota dan mempunyai landscape yang indah. Mulai sekarang harus ditata ulang, baik infrastruktur jalannya maupun penempatan pemukiman penduduk. Dalam jangka panjang 5 sampai 20 tahun kedepan secara bertahap dan perencanaan yang matang lokasi tersebut dapat dijadikan Taman Safarinya Lampung. Dengan lokasi yang luas tersebut kita bisa mengembangkannya tidak seperti daerah-daerah lainnya yang hanya bisa mengembangkan kebun binatang. Mungkin kalau Pemda setempat terlalu berat dalam pengelolaannya berikan peluang kepada pemodal perorangan dan dikelola secara kapling misalnya dibagi 50 kapling, kapling pertama untuk binatang Gajah, selanjutnya burung onta, dan seterusnya. Seperti Taman Safari di Bogor.

Tidak ada komentar: