Minggu, 30 Maret 2008

Filosofi LSM

ToT Manajemen LSM di Pusdiklat Bina Swadaya, Cimanggis-Bogor, 5 s.d. 21 April 1988. dari kiri ke kanan, duduk : abubakar, Yohana, Maxi, Isti, Chandra, Erna, Ichsan, Roy. Berdiri tengah : Limawan, Domi, Rizal, Pungky, Farid, Toto, Harimurti, Dewanto, Yazid, Zein, Bahruddin, Harmudya, suharto, yoseph. Berdiri belakang : Sapto, Heru Sukarsono, Deddy S, Agung, Margiyanto, Tono, Daniel, Wawan.


FILOSOFI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT

Antara manusia satu dengan manusia lainnya, akan menunjukkan keragaman dalam sikap, tingkah laku, pemikiran, sikap hidup, dan pandangannya. Karena memang setiap manusia mempunyai pengalaman hidup, sejarah, lingkungan kehidupan yang tidak pernah seragam. Dalam proses sejarah, lingkungan, politik-ekonomi-sosial yang berbeda, manusia akan menunjukkan karakter ( sifat / watak yang khas ) yang berbeda pula. Sedang karakter ini sendiri pada prinsipnya adalah perwujudan dari filosofi atau pandangan hidup yang dimilikinya.

Berangkat dari keabsahan keragaman dalam pandangan hidup setiap orang, maka sudah barang tentu harus diakui adanya keragaman nilai hidup, corak atau keragaman premis ( alasan / dasar pikir ) di setiap orang. Dari ragam keberadaan premis ini, maka tentu saja jenis keperdulian setiap orang dalam aktualisasi dirinya atau aktualisasi filosofinya juga harus diterima keberadaannya secara syah.

Karena lembaga ( LPSM / LSM ) pada prinsipnya adalah alat untuk mencapai tujuan ( aktualisasi filosofinya ) dari sekelompok orang yang memilikinya, maka bukan tidak mungkin bahwa diantara lembaga yang satu dengan lainnya akan mempunyai filosofi yang berbeda. Seperti telah disebutkan di muka, bahwa pandangan hidup ( filosofi ) seseorang akan dipengaruhi faktor sejarah dan lingkungan poleksosbudnya. Demikian pula dengan Lembaga, Filosofi yang dimiliki oleh lembaga sangat tergantung dari sejarah yang pernah dilaluinya dan lingkungan poleksosbud dimana lembaga itu berada.

Kemudian, oleh karena keberadaan Lembaga pada hakekatnya adalah berupaya untuk ikut kontribusi dalam pengembangan dan pembangunan masyarakat, maka filosofi yang dimaksud disini adalah filosofi dalam kaitan Pengembangan dan Pembangunan.

Filosofi lembaga dalam Pengembangan dan Pembangunan Masyarakat diwujudkan dalam bentuk pendekatan yang digunakan untuk itu. Dan secara garis besar bentuk-bentuk pendekatan yang ada adalah sebagai berikut.

a. Sosio Karetatif yaitu suatu bentuk pendekatan dalam pengembangan masyarakat, yang didasari oleh kenyataan bahwa masyarakat adalah miskin, menderita, tidak mampu mecahkan masalahnya. Oleh karena masyarakat dirasa tak mampu menolong dirinya sendiri, maka mereka perlu ditolong, diberi sumbangan dan dikasihani.

b. Sosio Ekonomis yaitu suatu bentuk pendekatan dalam pengembangan masyarakat, yang didasarkan pada anggapan bahwa dari berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, bila pendapatannya ditingkatkan atau bila kebutuhan ekonomisnya terpenuhi, maka persoalan yang lainnya dengan sendirinya akan terpecahkan.

c. Sosio Reformis Pendekatan yang satu ini lebih spesifik lagi, sebab biasanya dilakukan secara eksidental tanpa suatu tindak lanjut. Sedang maksud pendekatan ini adalah hanya sekedar untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Misalnya dilakukan pada masyarakat yang menderita bencana alam, bencana kelaparan, atau bencana-bencana yang lain.

d. Sosio Tranformis yaitu pendekatan yang mendasarkan diri, bahwa pengembangan dan pembangunan masyarakat pada dasarnya adalah upaya perubahan sikap, tingkah laku, pandangan dan budaya, yang mengarah pada self help dan self reliance, dalam mengenal masalahnya, merencanakan pemecahannya, melaksanakan dan megevaluasinya.

Bagi kita, keragaman filosofi yang dimiliki oleh LPSM-LSM, merupakan kekayaan nilai tersendiri. Artinya dengan keragaman ini justru menunjukkan betapa banyaknya masalah spesifik yang dihadapi masing-masing daerah dengan masyarakatnya.

Jadi, dari berbagai filosofi yang mendasari model pendekatan pengembangan masyarakat seperti telah disebut di atas tidak pernah ada yang satu lebih baik dari yang lain. Gayut dan tidak gayut atau strategis dan tidak strategis atau baik dan buruknya masing-masing pendekatan, hanya bisa diuji melalui kebenaran analisa situasinya atau masalah spesifiknya.

Kenyataan yang ada menunjukkan, tidak ada suatu lembaga yang benar dan murni hanya melakukan salah satu model pendekatan. Model pendekatan yang digunakan, umumnya merupakan pendekatan campuran. Hanya saja, setiap lembaga pasti mempunyai penekanan aspek tertentu.

Pemahaman atas situasi politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan-keamanan Indonesia bagi LPSM-LSM menjadi sangat dibutuhkan. Sebab hanya dengan pemahaman yang benarlah, pemilihan program pengembangan masyarakat, pemilihan pendekatan pengembangan masyarakat, bahkan strategi aktivitas lembaga akan menjadi “tepat”

Bahkan juga bukan hanya itu, melalui pemahaman situasi ini kita akan mampu merumuskan permasalahan masyarakat ( kemiskinan, penderitaan, keputus-asaan, fatalistik, pendidikan, kebudayaan ) secara benar dan utuh, yang pada gilirannya rumusan pemecahan masalahnya juga akan menjadi strategis.

( tulisan ini merupakan catatan awal pada saat mengikuti Pelatihan Manajemen LSM pada Tahun 1988 )


Tidak ada komentar: